Dear all Sering kita dengar kata anak SINGKONG , dan kalau rakyat mengeluh makannya Singkong , menandakan ketidak mampuan untuk membeli beras, alias melarat. Kata singkong kalau dimaknai luas, dapat menjadikan contoh kesulitan hidup atau menjadi mikyuner krn singkong, setiap penjual gorengan selalu tersedia singkong goreng , yang gurih dan renyah, dimana singkong menghidupi orang banyak sebagai mata pencaharian , dari petani, sampai pedagang kecil dan besar , bahkan industri . Jajan pasar memerlukan singkong yg diproses menjadi tapioka , industri keripik singkong menjadikan yg berinovasi dg kata dan usaha singkong sukses luar biasa, disetiap mini dan supermarket tersedia keripik singkong modern. Permintaan export singkong yg diproses menjadi tapioka , cukup besar , tetapi percaya atau tidak bahwa tapioka , masih import juga anehnya italy penghasil tapioka besar . Diurut urut , sangat membingungkan dan belum ada ahli business menganalisa ketimpangan dan ketidak cocokan masalah ini , hanya kesuksesan yg dianalisa , sehingga semua berbisnis singkong sampai ada rasa macam macam yg mengakibatkan persaingan satu proses produk saja , dan supplynya kelimpungan. Petani ogah menanam Singkong kalau tdk terpaksa atau yg memang dari dulunya sudah menanam singkong , karena pilihan produk tanaman yg lebih menguntungkan lebih banyak. Salah satu kata kunci untuk petani bersedia menanam singkong , apabila hasil per ha nya dalam rupiah , lebih dari tanaman lain yg dapat tumbuh diareanya. Satu penggunaan singkong adalah untuk degradable plastic yg tentunya nilai kg nya akan lebih dan makin hari kebutuhan makin banyak , diluar itu dijadikan TIWUL instant sebagai makanan tradisional jawa pun makin tumbuh , siapa yg mau menanam singkong ? pasar menjanjikan dan makin luas. Salah satu karya anak bangsa adalah menciptakan bibit unggul singkong , dimana hasil per ha nya pasti lebih tinggi , seperti terlampir Sumber : Milis Bizinov |